PENDEKATAN CTL

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif (Nurhadi, 2005:5).

Menurut Nurhadi (2002:10) bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu:

  1. Konstruktivisme (Constructivisme)AS

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh mahusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong, Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diaihBil dan diingat.Manusia harus mengkonstruksi pengétâliuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nÿatâ.

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkontruksi’ bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalm pross belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis ‘strategi  memperoleh’ lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendifi dalam belajar.

  1. Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrempailan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merahcang kegiatan yang merancang kegiatan yang merujukpada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkanya.

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri): (1) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun); (2) Mengamati atau melakukan observasi; (3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainya; (4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain.

  1. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang bermula dari ‘bertanya’. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya daalm pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Dalam sebuah ‘ pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; (b) Mengecek pemahaman siswa; (c) Membangkitkan respon kepada siswa; (d) Mengetahui sejauh mana keihgin tahuan siswa; (e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (g) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; (h) Untuk menyegarkan pengetahuan siswa.

  1. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu dan yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana adalah anggota masyarakat belajar.

Praktek masyarakat belajar dalam pembelajaran terwujud dalam: (a) Pembentukan kelompok kecil; (b) Pembentukan kelompok besar, (c) mendatangkan ‘ahli’ ke kelas 9tokoh olahragawan, dokter, polisi, dsb); (d) Bekerja dengan kelas sederajat; (e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya; (i) Bekerja dengan masyarakat.

  1. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa di tiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Diam pembelajaran CTL guru bukan satu-satunya model. Model dapat di rancang dengan melibatkan siswa.

  1. Refleksi (Reflection)

Refleksi cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru di pelaj arinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakn respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa akan memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang dipelajarinya. Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap ke benak siswa.

  1. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data’yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian, bukanlah untuk mencari informasi tenteng belajar siswa. Pembelajaran yang benar sudah seharusnya ditekankan oada uoaya memebantu siswa agar mampu mempelajari, bukan di tekankan pada diperolehnya sebanyak-banyak mungkin informasi di akhir pembelajaran. Data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang diperoleh siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.

Karakteristik penilaian yang sebenarnya (a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; (b) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (c) Yang di ukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta; (d) Berkesinambungan; (e) Terintegrasi; (i) Dapat digunakan sebagai feed back.

 

Sumber: media.neliti.com

This entry was posted in UMUM and tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *