Samakah antara Kembang dan Bunga?

Pagi-pagi saya membaca unggahan  seorang kawan di media sosial. Dalam unggahannya, dia bertanya sekaligus menguji. Pertanyaan (1) Apakah perbedaan antara bunga dan kembang? (2) Benih dan bibit sama ya? Membaca teks unggahan tersebut, saya tidak langsung menemukan memori untuk sekadar nimbrung memberikan jawaban. Saya lihat kolom komentar. Ada sebelas komentar setelah unggahan itu bertahan 10 menit. Cepat juga, ya! Penasaran, saya membaca komentar satu demi satu. Masing-masing punya pendapat. Persepsi dari berbagai sudut keilmuan. Ada alumnus biologi menganalisis dengan pemahaman biologinya. Ada yang berusaha menggabungkan kata tersebut dengan bentuk lain, sebut saja berkembang, kembang desa, mengembangkan. Katanya tidak ada membungakan. Saya sebagai alumnus jurusan pendidikan bahasa Indonesia merasa wajib ikut berkomentar. Akan tetapi, takut jangan sampai salah. Nah, saya lalu membuka laptop dan menulis tentang dua kata tersebut. “bunga dan kembang.” Yuk, kita daras bersama!

Pemahaman awam kita selalu menganggap kata “bunga” dan “kembang” adalah sinonim. Kata yang saling menggantikan, saling sulih karena maknanya serupa. Baik, sebelum lebih lanjut, kita kunjungi rujukan utama dalam memahami makna kata. Apalagi kalau bukan KBBI. Setelah mengetik lema “bunga”, muncullah beberapa makna, yakni n bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, biasanya elok warnanya dan harum baunya; kembang; jenis untuk berbagai-bagai bunga; gambar hiasan (pada kain, pamor ukiran, dan sebagainya); tambahan untuk memperindah; tanda-tanda baik; n ki sesuatu yang dianggap elok (cantik) seperti bunga; n ki nama yang dipakai untuk beberapa jenis tumbuhan yang tidak berkerabat satu sama lain. Selain makna tersebut, “bunga” juga memiliki makna lain, yaitu n Ek imbalan jasa untuk penggunaan uang atau modal yang dibayar pada waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan, umumnya dinyatakan sebagai persentase dari modal pokok; dan n Ek pendapatan atas setiap investasi modal. Masih merujuk KBBI, lema “kembang” juga memiliki dua makna, yakni buka lebar; bentang; bunga (dipakai juga untuk menyebut berbagai macam bunga).

Menilik makna kamus, berarti kata “bunga” memiliki makna lebih luas/lebih banyak dibanding kata “kembang.” Jika merujuk pada hal yang berkaitan dengan tumbuhan, keduanya bisa saling sulih. Misalnya (3) setelah disiram, bunga melatinya semakin subur. (4) Setelah disiram, kembang melatinya semakin subur. Pada kedua contoh tersebut, “bunga” dan “kembang” berterima saling menggantikan.

Nah, sekarang mari kita coba lekatkan imbuhan. Perhatikan contoh berikut.

(5) Tomatnya sudah berbunga.

(6) Usahanya berkembang pesat.

Makna imbuhan ber- pada kata berbunga (5) berarti memiliki atau menghasilkan bunga. Sudah muncul bunga sebagai cikal bakal buah tomat. Sementara, pada kalimat (6) imbuhan ber- pada kata berkembang tidak serta merta dimaknai ‘memiliki atau menghasilkan kembang,’ melainkan semakin bertambah banyak. Artinya, usahanya sudah bertambah baik; mungkin memiliki cabang yang banyak dan jenis usaha yang bervariasi. Jika kita mencari imbuhan lain, mungkin saja akan ditemukan kata pengembangan, dikembangkan, mengembangkan, tetapi janggal menyebut kata pembungaan, dibungakan, membungakan selain pada istilah ekonomi. Jika kita melakukan penggabungan kata, misalnya “kembang desa” dan “bunga desa”, kedua gabungan kata tersebut semakna, yakni gadis yang disenangi karena dianggap paling cantik di desanya (sebuah desa).

Sebagai penutup. Jika Anda ke bank dan berniat meminjam uang, pastikan menanyakan “berapa bunganya per bulan?”, bukan “berapa kembangnya per bulan?”

This entry was posted in BAHASA & SASTRA INDONESIA and tagged , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *